On
1/31/2011 03:30:00 AM
by
Khairul Jasmi
in
Wasit Garis
No comments
“Bambu lebih kuat dari baja,” demikian judul berita kecil di Harian Singgalang, akhir pekan lalu. Temuan ilmiah itu, seperti sedang menolong menyuarakan isi hati masyarakat pedesaan yang selama berabad-abad hanya menggunakan bambu untuk rumah mereka, lantas kemudian dilibas oleh baja milik orang modern. Persis seperti dukun versus dokter, seperti pupuk kandang lawan pupuk pabrikan. Milik petani, milik orang desa dianggap jelek, lalu diganti. Tak tahunya kemudian, milik petanilah yang bagus. Seharusnya pemerintah meminta maaf pada rakyatnya, sebab pemerintah sudah berpuluh tahun sok hebat dan sok mantap.
Bambu, pupuk kandang dan dukun “dicaci-maki” habis-habisan. Dukun tidak terdidiklah, dukun tidak profesional, tak tahunya di Kerinci, dukun beranak mengalahkan bidan. Saya lahir ditolong dukun beranak, bukan oleh bidan. Pupuk kandang disingkirkan, didatangkan Urea. Dulu siapa yang tak mau pakai pupuk pabrik, dipanggil ke kantor walinagari, ditakut-takuti. Kini apa yang terjadi? Pemerintah salah langkah rupanya. Dengan entengnya ia tukar nama pupuk organik dan non organik.
Bambu juga begitu, dilecehkan, tak dihiraukan. Hanya digunakan orang desa, untuk lantak pematang, untuk tonggak dangau dan untuk lantai pondok dan sebagainya.
Masyarakat pedesaan kita yang agraris tahu semua nama bambn dan tahu semua sifat-sifatnya. Bambu atau betung, memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatan. Lurus, kuat, ulet, rata, keras, mudah dibelah dan mudah dibentuk serta ringan dan indah.
Lantas sebuah temuan ilmiah dikemukakan Ketua Ikatan Arsitek Jawa Barat Pon S. Purajatnika, bambu menjadi alternatif yang sangat baik untuk konstruksi bangunan kontempoter. Temuan ilmah itu menyebutkan bambu lebih kuat daripada baja. Hal itu dibuktikan dengan menggunakan alat tes kekuatan baja dan karenanya menjadi alternatif baru dalam dunia konstruksi dan arsitektur.
Menurut data WWF sektor konstruksi paling banyak menguras sumber daya. Di antaranya mengambil 50 persen sumber daya alam dan 40 persen konsumsi energi.
Konstruksi dari bambu ternyata kini lebih berkembang di luar negeri seperti Jepang, Kolumbia, Jerman, dan lainnya. Bahkan doktor di bidang bambu di negara lain lebih dari lima orang dibandingkan kita yang hanya punya satu orang.
Menurut berita Antara bambu sangat kuat dan ketahanannya dapat mencapai 120 tahun lebih. Kalau bambu ditebangi, nanti pemerintah pasti bilang begini: illegal logging! Semua yang disukai rakyat dilarang, dirampas orang berduit. Setelah hampir habis, timbullah larangan, rakyat tak boleh mendekat. Kalau mendekat dihukum.
Mendekatlah ke hutan, bertele-tele bisa dibuat oleh pemerintah, burulah pupuk Urea, bisa ditangkap tegak-tegak awak oleh aparat. Sebentar lagi betung akan bernasib seperti itu pula. Rakyat tak boleh lagi membuat bingkai layang-layang dari bambu. Apalagi membuat dangau, membuat sasak untuk dinding rumah gadang, membuat tadir untuk lantai.
Jangan tertawa dulu. Dulu orang mencari batu, pasir dan krikil tak dilarang. Kini mana bisa sembarang cari, diawasi pemerintah. Karena itu, manabang batuang, bariang, talang, buluah, aua, lebih baik lakukan sekarang, nanti dilarang pula, illegal logging pula. Tapi sebelum illegal logging akan ada kampanye dari pemerintah, “gunakanlah bambu, sebab bambu lebih kuat dari baja, harganya murah, mudah didapat, di belakang rumah saja pun ada.” Setelah itu, ya beberapa tahunlah, kemudian, awak ditangkapi pula dengan alasan itu tadi. “Perambah betung, tidak boleh, itu melanggar hukum, gunakan saja batang kerambil, atau batang dadok, itu bagus!” He he he he *
Bambu, pupuk kandang dan dukun “dicaci-maki” habis-habisan. Dukun tidak terdidiklah, dukun tidak profesional, tak tahunya di Kerinci, dukun beranak mengalahkan bidan. Saya lahir ditolong dukun beranak, bukan oleh bidan. Pupuk kandang disingkirkan, didatangkan Urea. Dulu siapa yang tak mau pakai pupuk pabrik, dipanggil ke kantor walinagari, ditakut-takuti. Kini apa yang terjadi? Pemerintah salah langkah rupanya. Dengan entengnya ia tukar nama pupuk organik dan non organik.
Bambu juga begitu, dilecehkan, tak dihiraukan. Hanya digunakan orang desa, untuk lantak pematang, untuk tonggak dangau dan untuk lantai pondok dan sebagainya.
Masyarakat pedesaan kita yang agraris tahu semua nama bambn dan tahu semua sifat-sifatnya. Bambu atau betung, memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatan. Lurus, kuat, ulet, rata, keras, mudah dibelah dan mudah dibentuk serta ringan dan indah.
Lantas sebuah temuan ilmiah dikemukakan Ketua Ikatan Arsitek Jawa Barat Pon S. Purajatnika, bambu menjadi alternatif yang sangat baik untuk konstruksi bangunan kontempoter. Temuan ilmah itu menyebutkan bambu lebih kuat daripada baja. Hal itu dibuktikan dengan menggunakan alat tes kekuatan baja dan karenanya menjadi alternatif baru dalam dunia konstruksi dan arsitektur.
Menurut data WWF sektor konstruksi paling banyak menguras sumber daya. Di antaranya mengambil 50 persen sumber daya alam dan 40 persen konsumsi energi.
Konstruksi dari bambu ternyata kini lebih berkembang di luar negeri seperti Jepang, Kolumbia, Jerman, dan lainnya. Bahkan doktor di bidang bambu di negara lain lebih dari lima orang dibandingkan kita yang hanya punya satu orang.
Menurut berita Antara bambu sangat kuat dan ketahanannya dapat mencapai 120 tahun lebih. Kalau bambu ditebangi, nanti pemerintah pasti bilang begini: illegal logging! Semua yang disukai rakyat dilarang, dirampas orang berduit. Setelah hampir habis, timbullah larangan, rakyat tak boleh mendekat. Kalau mendekat dihukum.
Mendekatlah ke hutan, bertele-tele bisa dibuat oleh pemerintah, burulah pupuk Urea, bisa ditangkap tegak-tegak awak oleh aparat. Sebentar lagi betung akan bernasib seperti itu pula. Rakyat tak boleh lagi membuat bingkai layang-layang dari bambu. Apalagi membuat dangau, membuat sasak untuk dinding rumah gadang, membuat tadir untuk lantai.
Jangan tertawa dulu. Dulu orang mencari batu, pasir dan krikil tak dilarang. Kini mana bisa sembarang cari, diawasi pemerintah. Karena itu, manabang batuang, bariang, talang, buluah, aua, lebih baik lakukan sekarang, nanti dilarang pula, illegal logging pula. Tapi sebelum illegal logging akan ada kampanye dari pemerintah, “gunakanlah bambu, sebab bambu lebih kuat dari baja, harganya murah, mudah didapat, di belakang rumah saja pun ada.” Setelah itu, ya beberapa tahunlah, kemudian, awak ditangkapi pula dengan alasan itu tadi. “Perambah betung, tidak boleh, itu melanggar hukum, gunakan saja batang kerambil, atau batang dadok, itu bagus!” He he he he *
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Search
Popular Posts
-
Ini bukan untuk gagah-gagahan, tapi mencoba berkontribusi lebih banyak lagi bagi kepentingan umum. Apa itu? Forum Editor! Forum Editor a...
-
Khairul Jasmi Di Padang saat ini banyak benar jalan berlobang. Jika tak berlobang, aspalnya terkelupas. Kondisi jalan yang buruk menyebabk...
-
Saya naik pesawat Susi Air dari Simpang Empat ke BIM, begitu mendarat saya sudah ketinggalan siaran langsung pengumuman kabinet oleh Preside...
-
Di pinggang malam, karum jam naik, kami turun ke ruang pracetak. Di dada malam, mesin bergemuruh mencetak huruf demi huruf. Di rumahnya, re...
-
Besi tua, jejak sejarah, eksotik, unik, pabrik indah : indarung 1 Fotografer by : Yosfiandri
-
Ini lagu Minang, “Dikijoknyo Den,” lalu oleh Upiak Isil didendangkan dalam bahasa Indonesia, maka jadilah lagu itu, “Dikedipnya Aku.” Lagu ...
-
Di sebuah rumah minimalis, tinggal sebuah keluarga kecil. Papa, mama dan tiga anak. Anak-anaknya diajari berbahasa Indonesia sejak kecil. Di...
-
Forum pemred indonesia bersama menkeu Sri Mulyani. Saya menyampaikan Tax pasar semen yang mesti digejot, pestisida yang mahal karena impor, ...
-
Ini malam bainai, dipahat sambil main pedang. dari Batam terus ke Dumai, melihat Semen Padang.
Recent Posts
Categories
- Berita ( 2 )
- Jalan-jalan ( 5 )
- Komentar ( 33 )
- Opini ( 20 )
- Tulisan ( 21 )
- Wasit Garis ( 112 )
Sample Text
Blog Archive
-
▼
2011
(
95
)
-
▼
Januari
(
69
)
- Payakumbuh
- Tamara Geraldine
- Telepon Genggam
- SMA 1 Padang
- Jakarta
- Permen
- Masakan Padang
- Merdeka
- Bahasa Minang Indonesia II
- Meja Makan
- Maling
- Makan Siang
- Kelulusan dan Pelepasan
- Negeri Lucu, Negeri Selingkuh
- Melirik
- Entah Luna Maya
- Mari Berdendang
- Kursi Nomor 1
- Takbir
- Kunci Rumah
- Korek Api
- Secangkir Kopi
- Koin Cinta
- King
- Bunker Kiamat
- Bisnis Restoran
- Pendidikan Karakter
- Was-was
- Jujai
- Jengkol
- Jam Gadang
- Jalan Berlobang
- Jakarta
- Hati yang Gembira
- Sit Ball
- Ikan Padang
- Ide
- Masakan Ibu
- Ulangtahun
- Hujan sekarang agak pamberang dibanding hujan saat...
- Pemilihan Gubernur
- Gusi Mobil
- Gubernur
- Calon Gubernur
- Recovery Pascagempa
- Gelap
- Gampo
- Aera Eropa
- Diniyyah Putri
- Cinta
- Cerita Pendek
- Cerai Politik
- Caleg ATM
- Berbunga-bunga
- Bom
- Novel Asrama Bidadari
- Berita Kecil
- Di Rumah, Tidur, Sendiri
- Bambu Illegal Logging
- Bahasa Minang Indonesia
- Awan dan Langit
- Avanza
- Antre di Bank
- Antasari Azhar
- Anggi
- Lembah Anai
- Politik Rasionalitas
- 100 Hari Pascagempa
- Sinisme Politik
-
▼
Januari
(
69
)
0 komentar :
Posting Komentar