On
1/31/2011 03:55:00 AM
by
Khairul Jasmi
in
Wasit Garis
No comments
Oleh Khairul Jasmi
Saya berniat memancing belut ke sawah, nyatanya pekan lalu saya
terbang ke Jakarta. Makanya, (doeloe) kata Umi saya, jangan
memastikan rencana-rencana, sebab segalanya diputuskan Tuhan.
Ke Jakarta saya bukan memancing belut, tapi diajak teman.
Kebetulan Jakarta baru saja dilanyau banjir. Saya melihat, begitu
hujan turun, orang-orang di ibukota itu, ketakutan, lebih takut
dari warga Padang bila hujan turun. Mereka bergegas memacu
kendaraan masing-masing. Karena Sabtu dan Minggu, jalanan di
Jakarta agak sepi.
Jakarta, adalah kota yang tua, kampung besar yang memikul beban
berat. Beradik kakak dengan Padang luasnya, yaitu 740 Km2.
Penduduknya saat ini sekitar 10 juta. Tapi memandang Jakarta, tidak
bisa dipisahkan dari Jabotabek. Penduduk Jabotabek sekitar 23 juta.
Itulah metropolitan keenam terbesar di dunia. Jika diintegrasikan
lagi dengan Bandung Raya, disebut megapolis. Jumlah penduduknya
menjadi 30 juta, nomor dua terbesar di dunia setelah megapolis
Tokyo.
Jakarta dilintasi 11 sungai. Seperti juga di Padang, Jakarta juga
memiliki banjir kanal, yaitu (saya ambil dari wikipedia) Banjir
Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat. Banjir Kanal Timur mengalihkan
air dari Ciliwung ke arah timur, melalui daerah Pondok Bambu,
Pondok Kopi, Cakung, sampai Cilincing. Sedangkan Banjir Kanal Barat
yang telah dibangun sejak zaman kolonial Belanda, mengaliri air
melalui Karet, Tanahabang, sampai Angke. Selain itu Jakarta juga
memiliki dua drainase, yaitu Cakung Drain dan Cengkareng Drain.
Sebenarnya kota ini tiap hari menerima kiriman banjir persoalan
dari seluruh Indonesia. Banjir uang, banjir masalah, banjir
penyakit, banjir peselingkuh, banjir pengangguran, banjir PKL,
banjir pemalak, banjir wisatawan, banjir politik dan entah apalagi.
Saya berniat memancing belut ke sawah, nyatanya pekan lalu saya
terbang ke Jakarta. Makanya, (doeloe) kata Umi saya, jangan
memastikan rencana-rencana, sebab segalanya diputuskan Tuhan.
Ke Jakarta saya bukan memancing belut, tapi diajak teman.
Kebetulan Jakarta baru saja dilanyau banjir. Saya melihat, begitu
hujan turun, orang-orang di ibukota itu, ketakutan, lebih takut
dari warga Padang bila hujan turun. Mereka bergegas memacu
kendaraan masing-masing. Karena Sabtu dan Minggu, jalanan di
Jakarta agak sepi.
Jakarta, adalah kota yang tua, kampung besar yang memikul beban
berat. Beradik kakak dengan Padang luasnya, yaitu 740 Km2.
Penduduknya saat ini sekitar 10 juta. Tapi memandang Jakarta, tidak
bisa dipisahkan dari Jabotabek. Penduduk Jabotabek sekitar 23 juta.
Itulah metropolitan keenam terbesar di dunia. Jika diintegrasikan
lagi dengan Bandung Raya, disebut megapolis. Jumlah penduduknya
menjadi 30 juta, nomor dua terbesar di dunia setelah megapolis
Tokyo.
Jakarta dilintasi 11 sungai. Seperti juga di Padang, Jakarta juga
memiliki banjir kanal, yaitu (saya ambil dari wikipedia) Banjir
Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat. Banjir Kanal Timur mengalihkan
air dari Ciliwung ke arah timur, melalui daerah Pondok Bambu,
Pondok Kopi, Cakung, sampai Cilincing. Sedangkan Banjir Kanal Barat
yang telah dibangun sejak zaman kolonial Belanda, mengaliri air
melalui Karet, Tanahabang, sampai Angke. Selain itu Jakarta juga
memiliki dua drainase, yaitu Cakung Drain dan Cengkareng Drain.
Sebenarnya kota ini tiap hari menerima kiriman banjir persoalan
dari seluruh Indonesia. Banjir uang, banjir masalah, banjir
penyakit, banjir peselingkuh, banjir pengangguran, banjir PKL,
banjir pemalak, banjir wisatawan, banjir politik dan entah apalagi.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Search
Popular Posts
-
Di pinggang malam, karum jam naik, kami turun ke ruang pracetak. Di dada malam, mesin bergemuruh mencetak huruf demi huruf. Di rumahnya, re...
-
HAWAII – Saya di Honolulu, Hawaii sekarang. Sejak berangkat Senin (6/4) sudah dilewati siang dan malam, sesampai di sini malah masih Senin...
-
Ini bukan untuk gagah-gagahan, tapi mencoba berkontribusi lebih banyak lagi bagi kepentingan umum. Apa itu? Forum Editor! Forum Editor a...
-
Prof Jan Romain pada tahun 1953 menulis sebuah buku — sebenarnya materi perkuliahannya di Universitas Gadjah Mada — berjudul “Aera Eropa.” ...
-
Ini lagu Minang, “Dikijoknyo Den,” lalu oleh Upiak Isil didendangkan dalam bahasa Indonesia, maka jadilah lagu itu, “Dikedipnya Aku.” Lagu ...
-
Khairul Jasmi ”Georgia,” anak saya, Jombang Santani Khairen menjawab dengan tangkas, tatkala pembawa acara di RCTI Tamara Geraldine mengaj...
-
Sarawa hawaii adalah celana pendek selutut atau di atasnya lagi, pakai kajai di pinggangnya. Ciri khasnya warna-warni. Tak saya temukan k...
-
Malam sebentar lagi larut, tapi Payakumbuh semakin ramai. Sepanjang jalan nan lurus pedagang kaki lima berderet rapi. Cahaya lampu dari gero...
-
Khairul Jasmi Sekolah sejak dari TK -- sebenarnya TK bukan sekolah dan saya tak pernah masuk TK -- sampai perguruan tinggi, adalah perjalana...

Categories
- Berita ( 2 )
- Jalan-jalan ( 5 )
- Komentar ( 33 )
- Opini ( 20 )
- Tulisan ( 21 )
- Wasit Garis ( 112 )

Blog Archive
-
▼
2011
(
95
)
-
▼
Januari
(
69
)
- Payakumbuh
- Tamara Geraldine
- Telepon Genggam
- SMA 1 Padang
- Jakarta
- Permen
- Masakan Padang
- Merdeka
- Bahasa Minang Indonesia II
- Meja Makan
- Maling
- Makan Siang
- Kelulusan dan Pelepasan
- Negeri Lucu, Negeri Selingkuh
- Melirik
- Entah Luna Maya
- Mari Berdendang
- Kursi Nomor 1
- Takbir
- Kunci Rumah
- Korek Api
- Secangkir Kopi
- Koin Cinta
- King
- Bunker Kiamat
- Bisnis Restoran
- Pendidikan Karakter
- Was-was
- Jujai
- Jengkol
- Jam Gadang
- Jalan Berlobang
- Jakarta
- Hati yang Gembira
- Sit Ball
- Ikan Padang
- Ide
- Masakan Ibu
- Ulangtahun
- Hujan sekarang agak pamberang dibanding hujan saat...
- Pemilihan Gubernur
- Gusi Mobil
- Gubernur
- Calon Gubernur
- Recovery Pascagempa
- Gelap
- Gampo
- Aera Eropa
- Diniyyah Putri
- Cinta
- Cerita Pendek
- Cerai Politik
- Caleg ATM
- Berbunga-bunga
- Bom
- Novel Asrama Bidadari
- Berita Kecil
- Di Rumah, Tidur, Sendiri
- Bambu Illegal Logging
- Bahasa Minang Indonesia
- Awan dan Langit
- Avanza
- Antre di Bank
- Antasari Azhar
- Anggi
- Lembah Anai
- Politik Rasionalitas
- 100 Hari Pascagempa
- Sinisme Politik
-
▼
Januari
(
69
)

0 komentar :
Posting Komentar