On
1/31/2011 03:47:00 AM
by
Khairul Jasmi
in
Wasit Garis
No comments
Khairul Jasmi
Suatu hari pekan lalu, teman-teman wartawan Singgalang yang sedang rapat sore heboh, sebab beberapa orang dari kami memanggakan korek api raksasanya. Panjangnya hampir dua jengkal dan lebarnya tiga jari orang dewasa.
“Ko inyiak piapi mah,” kata beberapa orang serempak. Korek api itu dibeli oleh beberapa teman seharga Rp10 ribu/buah dari pedagang keliling yang menyelonong masuk kantor kami. Sebenarnya korek api raksasa semacam itu, sudah ada sejak dulu, tapi karena lama tak bertemu korek api sebesar itu, maka suasana jadi heboh.
Heboh karena korek api itu memang perkasa, setahun gasnya takkan habis dipakai. Kedua banyak teman yang selama ini tiap sebentar kehilangan korek api, seperti juga pulpen. Ketiga banyak pula teman yang di kantongnya ditemukan dua sampai empat korek api sekaligus dan beberapa buah pulpen, entah kenapa semua masuk kantongnya. Biasanya ini jadi bahan hiburan kami, sebab kehilangan atau kelebihan pena dan korek api, sudah menjadi kelaziman. Lazim karena kesibukkan dan lazim karena korek api bisa dibeli dengan harga murah dan pulpen bisa diminta pada sekretaris redaksi. Dua-duanya tidak mahal.
Hal yang kami alami, sebenarnya juga terjadi di tempat lain dan tentu saja jadi bahan hiburan. “Ka manggaleh piapi di rumah? Pasti ada teman yang bilang begitu, tentu saja pada mereka yang perokok.
Hal-hal kecil itu, sebenarnya merupakan bagian dari sebuah peristiwa besar dalam perjalanan hidup manusia. Banyak orang bersahabat karena pena atau pulpen. Banyak lelaki smoker berteman karena korek api.
Korek api itu sendiri adalah peristiwa hebat dalam bidang ekonomi dan peradaban. Sebatang korek api kayu misalnya, berasal dari sebuah pohon entah dimana. Korek gas, dikerjakan entah oleh siapa kemudian dikirim ke berbagai penjuru. Korek api, adalah lambang dari sebuah industri, dari dapur yang berasap dan dari kehidupan yang masih terus berjalan.
Sumber-sumber di internet menyebutkan, korek api awalnya dikembangkan bangsa Tiongkok sejak tahun 577, yang terbuat dari batang kayu yang mengadung belerang. Korek api modern pertama ditemukan pada 1805 oleh K. Chancel, asisten Profesor L. J. Thinard di Paris. Kepala korek api merupakan campuran potasium klorat, belerang, gula dan karet. Korek api ini dinyalakan dengan menyelupkannya ke dalam botol asbes yang berisi asam sulfat. Alat ini tergolong mahal pada saat itu dan penggunaannya berbahaya sehingga tidak mendapatkan popularitas.
Korek api yang dinyalakan dengan digesek pertama kali ditemukan oleh kimiawan Inggris John Walker pada 1827. Penemuan tersebut diawali Robert Boyle pada 1680-an dengan campuran fosfor dan belerang, tetapi usahanya pada waktu itu belum mencapai hasil yang memuaskan.
Betapa panjangnya sejarah korek api, lebih panjang dari dasi, sejarah yang tergayut di leher Anda.
Suatu hari pekan lalu, teman-teman wartawan Singgalang yang sedang rapat sore heboh, sebab beberapa orang dari kami memanggakan korek api raksasanya. Panjangnya hampir dua jengkal dan lebarnya tiga jari orang dewasa.
“Ko inyiak piapi mah,” kata beberapa orang serempak. Korek api itu dibeli oleh beberapa teman seharga Rp10 ribu/buah dari pedagang keliling yang menyelonong masuk kantor kami. Sebenarnya korek api raksasa semacam itu, sudah ada sejak dulu, tapi karena lama tak bertemu korek api sebesar itu, maka suasana jadi heboh.
Heboh karena korek api itu memang perkasa, setahun gasnya takkan habis dipakai. Kedua banyak teman yang selama ini tiap sebentar kehilangan korek api, seperti juga pulpen. Ketiga banyak pula teman yang di kantongnya ditemukan dua sampai empat korek api sekaligus dan beberapa buah pulpen, entah kenapa semua masuk kantongnya. Biasanya ini jadi bahan hiburan kami, sebab kehilangan atau kelebihan pena dan korek api, sudah menjadi kelaziman. Lazim karena kesibukkan dan lazim karena korek api bisa dibeli dengan harga murah dan pulpen bisa diminta pada sekretaris redaksi. Dua-duanya tidak mahal.
Hal yang kami alami, sebenarnya juga terjadi di tempat lain dan tentu saja jadi bahan hiburan. “Ka manggaleh piapi di rumah? Pasti ada teman yang bilang begitu, tentu saja pada mereka yang perokok.
Hal-hal kecil itu, sebenarnya merupakan bagian dari sebuah peristiwa besar dalam perjalanan hidup manusia. Banyak orang bersahabat karena pena atau pulpen. Banyak lelaki smoker berteman karena korek api.
Korek api itu sendiri adalah peristiwa hebat dalam bidang ekonomi dan peradaban. Sebatang korek api kayu misalnya, berasal dari sebuah pohon entah dimana. Korek gas, dikerjakan entah oleh siapa kemudian dikirim ke berbagai penjuru. Korek api, adalah lambang dari sebuah industri, dari dapur yang berasap dan dari kehidupan yang masih terus berjalan.
Sumber-sumber di internet menyebutkan, korek api awalnya dikembangkan bangsa Tiongkok sejak tahun 577, yang terbuat dari batang kayu yang mengadung belerang. Korek api modern pertama ditemukan pada 1805 oleh K. Chancel, asisten Profesor L. J. Thinard di Paris. Kepala korek api merupakan campuran potasium klorat, belerang, gula dan karet. Korek api ini dinyalakan dengan menyelupkannya ke dalam botol asbes yang berisi asam sulfat. Alat ini tergolong mahal pada saat itu dan penggunaannya berbahaya sehingga tidak mendapatkan popularitas.
Korek api yang dinyalakan dengan digesek pertama kali ditemukan oleh kimiawan Inggris John Walker pada 1827. Penemuan tersebut diawali Robert Boyle pada 1680-an dengan campuran fosfor dan belerang, tetapi usahanya pada waktu itu belum mencapai hasil yang memuaskan.
Betapa panjangnya sejarah korek api, lebih panjang dari dasi, sejarah yang tergayut di leher Anda.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Search
Popular Posts
-
Ini bukan untuk gagah-gagahan, tapi mencoba berkontribusi lebih banyak lagi bagi kepentingan umum. Apa itu? Forum Editor! Forum Editor a...
-
Khairul Jasmi Di Padang saat ini banyak benar jalan berlobang. Jika tak berlobang, aspalnya terkelupas. Kondisi jalan yang buruk menyebabk...
-
Saya naik pesawat Susi Air dari Simpang Empat ke BIM, begitu mendarat saya sudah ketinggalan siaran langsung pengumuman kabinet oleh Preside...
-
Di pinggang malam, karum jam naik, kami turun ke ruang pracetak. Di dada malam, mesin bergemuruh mencetak huruf demi huruf. Di rumahnya, re...
-
Besi tua, jejak sejarah, eksotik, unik, pabrik indah : indarung 1 Fotografer by : Yosfiandri
-
Ini lagu Minang, “Dikijoknyo Den,” lalu oleh Upiak Isil didendangkan dalam bahasa Indonesia, maka jadilah lagu itu, “Dikedipnya Aku.” Lagu ...
-
Di sebuah rumah minimalis, tinggal sebuah keluarga kecil. Papa, mama dan tiga anak. Anak-anaknya diajari berbahasa Indonesia sejak kecil. Di...
-
Forum pemred indonesia bersama menkeu Sri Mulyani. Saya menyampaikan Tax pasar semen yang mesti digejot, pestisida yang mahal karena impor, ...
-
Ini malam bainai, dipahat sambil main pedang. dari Batam terus ke Dumai, melihat Semen Padang.
Recent Posts
Categories
- Berita ( 2 )
- Jalan-jalan ( 5 )
- Komentar ( 33 )
- Opini ( 20 )
- Tulisan ( 21 )
- Wasit Garis ( 112 )
Sample Text
Blog Archive
-
▼
2011
(
95
)
-
▼
Januari
(
69
)
- Payakumbuh
- Tamara Geraldine
- Telepon Genggam
- SMA 1 Padang
- Jakarta
- Permen
- Masakan Padang
- Merdeka
- Bahasa Minang Indonesia II
- Meja Makan
- Maling
- Makan Siang
- Kelulusan dan Pelepasan
- Negeri Lucu, Negeri Selingkuh
- Melirik
- Entah Luna Maya
- Mari Berdendang
- Kursi Nomor 1
- Takbir
- Kunci Rumah
- Korek Api
- Secangkir Kopi
- Koin Cinta
- King
- Bunker Kiamat
- Bisnis Restoran
- Pendidikan Karakter
- Was-was
- Jujai
- Jengkol
- Jam Gadang
- Jalan Berlobang
- Jakarta
- Hati yang Gembira
- Sit Ball
- Ikan Padang
- Ide
- Masakan Ibu
- Ulangtahun
- Hujan sekarang agak pamberang dibanding hujan saat...
- Pemilihan Gubernur
- Gusi Mobil
- Gubernur
- Calon Gubernur
- Recovery Pascagempa
- Gelap
- Gampo
- Aera Eropa
- Diniyyah Putri
- Cinta
- Cerita Pendek
- Cerai Politik
- Caleg ATM
- Berbunga-bunga
- Bom
- Novel Asrama Bidadari
- Berita Kecil
- Di Rumah, Tidur, Sendiri
- Bambu Illegal Logging
- Bahasa Minang Indonesia
- Awan dan Langit
- Avanza
- Antre di Bank
- Antasari Azhar
- Anggi
- Lembah Anai
- Politik Rasionalitas
- 100 Hari Pascagempa
- Sinisme Politik
-
▼
Januari
(
69
)
0 komentar :
Posting Komentar