On
1/31/2011 03:36:00 AM
by
Khairul Jasmi
in
Wasit Garis
No comments
Bantuan untuk korban gempa 2007 sampai hari ini, masih ada yang belum dibagikan. Kapan kira-kira bantuan gempa 2009 cair dan kapan pula selesai dibagi?
Belum saatnya bicara itu, tapi sudah waktunya mengingatkan, sebab sebentar lagi masa tanggap darurat akan berakhir dan segera masuk tahap recovery (pemulihan).
Sekarang saja sudah muncul masalah, pembagian bantuan natura yang dinilai tidak merata, tenda yang kurang. Bagaimana tenda takkan kurang, tiap rumah, tiap tenda. Di tempat lain, tenda didirikan untuk banyak orang, namanya pengungsian. Di sini, orang tak mau beranjak dari rumahnya. Maka diperlukan banyak tenda. Tiap yang datang, tiap habis. Tak cukup-cukup. Saya meramal, tenda takkan pernah cukup.
Masalah lain uang lauk-pauk untuk korban yang rumahnya rusak berat. Rusak berat menurut ilmu, tidak sama dengan rusak berat menurut pemilik rumah. Itu pulalah yang menyebabkan kenapa ada warga yang merobek-robek catatan hasil verfikasi rumah, ada warga yang protes, rumahnya rusak berat dicatat sebagai rusak ringan.
Tidak sampai di sana, di tingkat elit terjadi pertengkaran, gempa Sumbar 30 September itu, apakah statusnya bencana nasional atau bencana daerah. Itu saja bertengkar, apalagi soal membagi.
Sementara kita bertengkar, datang usulan dari Australia agar peringatan dini tsunami di Sumbar diaktifkan kembali. Oy lupa, lupa kita, barang hebat itu rusak rupanya.
Pertakut dulu rakyat oleh pakar bahwa akan datang gempa sangat hebat, kemudian buat proposal ke pemerintah pusat, maka dapat dipastikan segera akan didrop alat-alat canggih ke Sumbar. Kalau rusak lagi, biarkan saja.
Kemudian ajukan pula proposal oleh siapa saja, judulnya, “Langkah Efektif Selamat dari Gempa dan Selamat dari Tsunami” Dalam proposal itu, buatlah jumlah penduduk Padang yang 850 ribu jiwa. Gambarkan betapa paniknya warga kalau gempa besar datang. Pandailah sanak tu membuatnya.
Sementara yang lain berebutlah proyek infrastruktur, bagi sama banyak, jangan sampai diperiksa jaksa pula. Yang lain lagi, adakan seminar, themanya, “Padang Kota yang Rentan; Kajian Akademis Soal Gempa dan Tsunami”.
Pada saat yang sama warga korban gempa di daerah berlangau menunggu bantuan dari pemerintah pusat. Tapi bantuan itu tak kunjung datang, sebab data tak pernah cocok. Pejabat takut membagikan sebab bisa menyalahi hukum. Aparat hukum, lalu menjadi sangat bagak. Periksa ini, periksa itu, tiap sebentar masuk koran.
Bantuan gempa 2007 masih tersangkut, 2009 telah datang pula gempa besar. Besar atau kecil, jalan evakuasi Alai- By Pass lupakan dulu, sebab PDAM minta ganti rugi pula, pipanya ada di bawah tanah. Irigasi di jalan itu juga akan dipindahkan, ganti rugi harus besar.
Yang pasti, kalau gempa besar datang, sudilah kiranya jangan lari pakai mobil juga, jangan pakai motor juga, tersumbat jalan dibuatnya. Contohnya di Padang. Padahal kalau lari dengan kaki saja, maka tidak akan ada kenapikan luar biasa seperti kemarin itu. Kalau motor tak bisa ditinggal, bagaimana juga lagi. Tapi kalau mobil, ini yang luar bioasa madarnya. Tinggalkan sajalah, seperti yang saya lakukan. Saya cigin dengan motor, tapi tidak ke jalan yang ramai itu, melainkan ke jalan tikus. Belum ramai orang di By Pass saya sudah sampai di sana. Kemana jalan tikus itu arahnya? Makanya lihat peta jalur evakuasi yang sudah dipampang Pemko Padang itu.
Belum saatnya bicara itu, tapi sudah waktunya mengingatkan, sebab sebentar lagi masa tanggap darurat akan berakhir dan segera masuk tahap recovery (pemulihan).
Sekarang saja sudah muncul masalah, pembagian bantuan natura yang dinilai tidak merata, tenda yang kurang. Bagaimana tenda takkan kurang, tiap rumah, tiap tenda. Di tempat lain, tenda didirikan untuk banyak orang, namanya pengungsian. Di sini, orang tak mau beranjak dari rumahnya. Maka diperlukan banyak tenda. Tiap yang datang, tiap habis. Tak cukup-cukup. Saya meramal, tenda takkan pernah cukup.
Masalah lain uang lauk-pauk untuk korban yang rumahnya rusak berat. Rusak berat menurut ilmu, tidak sama dengan rusak berat menurut pemilik rumah. Itu pulalah yang menyebabkan kenapa ada warga yang merobek-robek catatan hasil verfikasi rumah, ada warga yang protes, rumahnya rusak berat dicatat sebagai rusak ringan.
Tidak sampai di sana, di tingkat elit terjadi pertengkaran, gempa Sumbar 30 September itu, apakah statusnya bencana nasional atau bencana daerah. Itu saja bertengkar, apalagi soal membagi.
Sementara kita bertengkar, datang usulan dari Australia agar peringatan dini tsunami di Sumbar diaktifkan kembali. Oy lupa, lupa kita, barang hebat itu rusak rupanya.
Pertakut dulu rakyat oleh pakar bahwa akan datang gempa sangat hebat, kemudian buat proposal ke pemerintah pusat, maka dapat dipastikan segera akan didrop alat-alat canggih ke Sumbar. Kalau rusak lagi, biarkan saja.
Kemudian ajukan pula proposal oleh siapa saja, judulnya, “Langkah Efektif Selamat dari Gempa dan Selamat dari Tsunami” Dalam proposal itu, buatlah jumlah penduduk Padang yang 850 ribu jiwa. Gambarkan betapa paniknya warga kalau gempa besar datang. Pandailah sanak tu membuatnya.
Sementara yang lain berebutlah proyek infrastruktur, bagi sama banyak, jangan sampai diperiksa jaksa pula. Yang lain lagi, adakan seminar, themanya, “Padang Kota yang Rentan; Kajian Akademis Soal Gempa dan Tsunami”.
Pada saat yang sama warga korban gempa di daerah berlangau menunggu bantuan dari pemerintah pusat. Tapi bantuan itu tak kunjung datang, sebab data tak pernah cocok. Pejabat takut membagikan sebab bisa menyalahi hukum. Aparat hukum, lalu menjadi sangat bagak. Periksa ini, periksa itu, tiap sebentar masuk koran.
Bantuan gempa 2007 masih tersangkut, 2009 telah datang pula gempa besar. Besar atau kecil, jalan evakuasi Alai- By Pass lupakan dulu, sebab PDAM minta ganti rugi pula, pipanya ada di bawah tanah. Irigasi di jalan itu juga akan dipindahkan, ganti rugi harus besar.
Yang pasti, kalau gempa besar datang, sudilah kiranya jangan lari pakai mobil juga, jangan pakai motor juga, tersumbat jalan dibuatnya. Contohnya di Padang. Padahal kalau lari dengan kaki saja, maka tidak akan ada kenapikan luar biasa seperti kemarin itu. Kalau motor tak bisa ditinggal, bagaimana juga lagi. Tapi kalau mobil, ini yang luar bioasa madarnya. Tinggalkan sajalah, seperti yang saya lakukan. Saya cigin dengan motor, tapi tidak ke jalan yang ramai itu, melainkan ke jalan tikus. Belum ramai orang di By Pass saya sudah sampai di sana. Kemana jalan tikus itu arahnya? Makanya lihat peta jalur evakuasi yang sudah dipampang Pemko Padang itu.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Search
Popular Posts
-
Ini bukan untuk gagah-gagahan, tapi mencoba berkontribusi lebih banyak lagi bagi kepentingan umum. Apa itu? Forum Editor! Forum Editor a...
-
Khairul Jasmi Di Padang saat ini banyak benar jalan berlobang. Jika tak berlobang, aspalnya terkelupas. Kondisi jalan yang buruk menyebabk...
-
Saya naik pesawat Susi Air dari Simpang Empat ke BIM, begitu mendarat saya sudah ketinggalan siaran langsung pengumuman kabinet oleh Preside...
-
Di pinggang malam, karum jam naik, kami turun ke ruang pracetak. Di dada malam, mesin bergemuruh mencetak huruf demi huruf. Di rumahnya, re...
-
Besi tua, jejak sejarah, eksotik, unik, pabrik indah : indarung 1 Fotografer by : Yosfiandri
-
Ini lagu Minang, “Dikijoknyo Den,” lalu oleh Upiak Isil didendangkan dalam bahasa Indonesia, maka jadilah lagu itu, “Dikedipnya Aku.” Lagu ...
-
Di sebuah rumah minimalis, tinggal sebuah keluarga kecil. Papa, mama dan tiga anak. Anak-anaknya diajari berbahasa Indonesia sejak kecil. Di...
-
Forum pemred indonesia bersama menkeu Sri Mulyani. Saya menyampaikan Tax pasar semen yang mesti digejot, pestisida yang mahal karena impor, ...
-
Ini malam bainai, dipahat sambil main pedang. dari Batam terus ke Dumai, melihat Semen Padang.
Recent Posts
Categories
- Berita ( 2 )
- Jalan-jalan ( 5 )
- Komentar ( 33 )
- Opini ( 20 )
- Tulisan ( 21 )
- Wasit Garis ( 112 )
Sample Text
Blog Archive
-
▼
2011
(
95
)
-
▼
Januari
(
69
)
- Payakumbuh
- Tamara Geraldine
- Telepon Genggam
- SMA 1 Padang
- Jakarta
- Permen
- Masakan Padang
- Merdeka
- Bahasa Minang Indonesia II
- Meja Makan
- Maling
- Makan Siang
- Kelulusan dan Pelepasan
- Negeri Lucu, Negeri Selingkuh
- Melirik
- Entah Luna Maya
- Mari Berdendang
- Kursi Nomor 1
- Takbir
- Kunci Rumah
- Korek Api
- Secangkir Kopi
- Koin Cinta
- King
- Bunker Kiamat
- Bisnis Restoran
- Pendidikan Karakter
- Was-was
- Jujai
- Jengkol
- Jam Gadang
- Jalan Berlobang
- Jakarta
- Hati yang Gembira
- Sit Ball
- Ikan Padang
- Ide
- Masakan Ibu
- Ulangtahun
- Hujan sekarang agak pamberang dibanding hujan saat...
- Pemilihan Gubernur
- Gusi Mobil
- Gubernur
- Calon Gubernur
- Recovery Pascagempa
- Gelap
- Gampo
- Aera Eropa
- Diniyyah Putri
- Cinta
- Cerita Pendek
- Cerai Politik
- Caleg ATM
- Berbunga-bunga
- Bom
- Novel Asrama Bidadari
- Berita Kecil
- Di Rumah, Tidur, Sendiri
- Bambu Illegal Logging
- Bahasa Minang Indonesia
- Awan dan Langit
- Avanza
- Antre di Bank
- Antasari Azhar
- Anggi
- Lembah Anai
- Politik Rasionalitas
- 100 Hari Pascagempa
- Sinisme Politik
-
▼
Januari
(
69
)
0 komentar :
Posting Komentar